Kanker Sumsum Tulang Belakang

Berikut merupakan artikel yang saya temukan di Kompasiana, saya rasa ini sangat bermanfaat jadi saya repost saja... baca baik-baik yaa semoga bermanfaat :)

Hati-Hati.. Sakit Kepala  Penyebab Kanker Sumsum Tulang Belakang Itu Ternyata Meningitis!


Sakit kepala merupakan penyakit yang hampir sebagian besar kita pernah mengalaminya. Ketika anda merasakan sakit kepala yang teramat sangat, jangan pernah menganggap remeh hal tersebut. Ketika sakit kepala menyerang, terkadang kita tak begitu menganggap penting penyakit tersebut. Tak ada sedikitkpun terbersit atau terpikirkan bahwa sakit kepala itu merupakan awal suatu penyakit yang berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Biasanya saat sakit kepala menyerang, tindakan pertama yang kita lakukan adalah meminum obat sakit kepala yang dijual bebas di pasaran. Namun bagaimana jika sakit kepala yang terjadi secara terus menerus bahkan sesekali atau 2 kali itu membuat si penderita jatuh pingsan (tidak sadarkan diri) selama beberapa jam.
Pengalaman serupa pernah dialami oleh seorang rekan saya di kantor. Sebut saja namanya Vina. Ketika berada di kantor, Vina seringkali mengeluhkan sakit kepalanya. Bila dilihat dari fisiknya yang nampak bugar, siapa mengira Vina memiliki suatu penyakit yang tidak terdeteksi sejak dini. Sakit kepala yang diderita Vina seringkali menyebabkan Vina jatuh pingsan. Namun Vina menganggap sakitnya itu adalah penyakit biasa yang bisa disembuhkan dengan obat-obatan yang ia beli di toko obat atau apotik. Rekan-rekan saya di kantor seringkali mengingatkan Vina untuk memeriksakan diri ke dokter.
Vina seorang gadis enerjik berusia 23 tahun ini terlalu asik dengan kegiatannya. Selain bekerja, ia juga mengambil kuliah di sore hari. Karena kesibukan Vina, membuat Vina tak pernah memperdulikan kesehatannya. Sakit kepala yang seringkali dideritanya tidak lantas membuatnya lemah. Bila sakit kepalanya mulai menyerang, Vina seringkali tidur-tiduran di mushola kantor sambil menghirup aroma minyak angin di hidungnya. Ketika rekan-rekan di kantor memintanya untuk pergi ke dokter, Vina hanya menjawab “Ahh.. Cuma sakit kepala biasa, nanti juga sembuh sendiri koq…”.
Untuk beberapa waktu kondisi Vina yang terus-menerus mengalami sakit kepala nampaknya membuat ibunda Vina gelisah. Bagaimana tidak, saat Vina sedang menikmati weekend bersama teman-temannya, mendadak ia jatuh pingsan. Teman-teman Vina langsung membawa Vina pulang. Sebenarnya ibunda Vina curiga dengan kondisi Vina itu. Namun saat ibunda Vina meminta agar Vina memeriksakan ke dokter, lagi-lagi Vina menolak. Dengan sedikit guyonan Vina berceloteh “Aku gak mau periksa ke dokter, nanti dokter memvonis aku penyakit yang menyeramkan!” sahut Vina dengan gelak tawa.
Vina yang manis dan selalu bersemangat itu tidak mau menampilkan sosok yang lemah di mata rekan-rekannya. Ia tak mau dinilai penyakitan atau ringkih. Sebenarnya kami di kantor juga merasa was-was dengan kondisi sakit kepala Vina yang terjadi berulang kali. Sudah berulang kali kami minta Vina segera memeriksakan diri ke dokter. Namun Vina tetap kukuh pada pendiriannya bahwa itu adalah penyakit sakit kepala biasa.
Puncak kecemasan kami adalah pada saat ibunda Vina mengabarkan bahwa Vina tak sadarkan diri lagi dan sedang ditangani oleh dokter di Rumah Sakit. Rupanya Vina pingsan hampir 2 jam. Hal itulah yang membuat keluarga Vina merasa perlu untuk membawa Vina ke Rumah Sakit. Ternyata kondisi Vina makin mengkhawatirkan. Saat dokter memberitahukan keluarga Vina bahwa Vina ternyata koma. Bukan main kagetnya ibunda Vina mendengar pernyataan dokter tersebut. Dokter masih belum bisa memastikan penyakit apa yang diderita Vina.
Selama 2 hari Vina koma di Rumah Sakit, Tim dokter Rumah Sakit tersebut masih terus berupaya mencari penyebab sakitnya Vina. Beberapa waktu kemudian Tim dokter mendiagnosa bahwa Vina harus menjalani operasi sumsum tulang belakang. Makin paniklah keluarga Vina mendengar hasil pemeriksaan Tim Dokter tersebut. Dengan berat hati, ayah Vina menandatangani persetujuan putri kesayangannya untuk menjalani operasi besar tersebut.
Ibunda Vina kemudian mengabarkan berita itu ke kantor. Kami semua di kantor langsung kaget mendengarnya. Siapa mengira Vina yang selalu nampak ceria ternyata menderita penyakit yang sungguh mengkhawatirkan. Beberapa rekan kami di kantor pun diutus untuk melihat kondisi Vina yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Kami tak sampai hati dan sungguh sedih melihat kondisi Vina yang lemah tak berdaya di ruang ICCU.
Selang beberapa saat, setelah Vina menjalani operasi sumsum tulang belakang, kondisi Vina masih belum juga membaik. Saat dokter memberitahukan bahwa Vina sudah siuman dan ingin bertemu dengan ibundanya, betapa senang hati ibunda Vina mengetahui puterinya telah siuman. Namun ternyata kondisi Vina pasca operasi justru makin memburuk.
Melihat kondisi Vina yang tak juga membaik, Tim Dokter kemudian meneliti lebih lanjut penyakit Vina. Belakangan diketahui bahwa Vina terkena Meningitis! Makin tipislah harapan hidup Vina. Keluarga Vina sudah jatuh lemas mengetahui penyakit Vina yang masih simpang siur itu.
Dokter yang memeriksa Vina pun telah memberitahukan harapan hidup Vina memang sudah sangat tipis. Malam harinya, Vina makin kritis. Jam 2 dini hari, Vina menghembuskan nafasnya yang terakhir. Keluarga Vina yang sudah pasrah dengan kondisi Vina pun nampaknya telah siap menerima kenyataan itu. Berita duka itu pun kami terima dengan duka mendalam. Sungguh tak menyangka, Vina, sahabat kami akhirnya tak mampu bertahan melawan sakit yang dideritanya. Siapa mengira sakit kepala yang dideritanya selama ini ternyata adalah Meningitis. Begitu cepatnya virus Meningitis menyerang Vina. Tidak sampai 1 minggu dirawat di Rumah Sakit, nyawa Vina pun terenggut.
Hikmah terbesar dari peristiwa yang menimpa Vina adalah jangan pernah anggap enteng sakit kepala yang anda derita. Sama-sama kita ketahui, kasus serupa pun juga dialami oleh Gisca Putri Agustina Sahetapy, putri sulung penyanyi Dewi Yull. Hanya saja penyakit Giska telah diketahui oleh Tim dokter yaitu penyakit Meningitis atau radang otak. Giska akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit dr. Suyoto, Bintaro setelah menjalani operasi akibat penyakit yang dideritanya itu.
Meningitis atau radang otak merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi di sekitar selaput otak (meningen), yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus dan bakteri. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak, remaja dan dewasa muda. Selain itu, orang dewasa atau orang-orang dengan gangguan kesehatan jangka panjang (seperti melemahnya sistem imun) juga turut berisiko.
Dilansir dari Emedicinehealth, gejala umum Meningitis yang terjadi pada individu dewasa antara lain adalah sakit kepala, leher kaku, demam dan menggigil, kejang (ini terjadi pada sekitar sepertiga dari pasien meningitis) dan infeksi saluran pernafasan atas (misalnya, dingin, sakit tenggorokan). Tanda atau gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
Namun pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis ini sangatlah sulit diketahui. Pada umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui. Penyakit meningitis merupakan penyakit dengan angka kematian mencapai 50%. Jika lolos dari maut, balita akan mengalami gejala-gejala dari sisa penyakitnya seperti lumpuh, tuli, epilepsi, lamban dan retardasi mental.
Apabila ada di antara anggota keluarga anda yang mengalami tanda atau gejala seperti di atas, sebaiknya segera membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan yang intensif, antara lain pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) pada paru yang akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Menurut Dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI dan Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, menyatakan perlu upaya keras untuk pencegahan meningitis, karena sekali bakteri tersebut sampai di selaput otak, maka tak ada harapan sembuh total bagi si penderita. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan Nutrisi dan pemberian ASI, makanan lengkap dan seimbang, vitamin A, Zinc, dan lainnya.
Agar terhindar dari infeksi virus Meningitis lakukanlah upaya sebagai berikut:
1. Biasakan mencuci tangan dengan baik dan sering, terutama mereka yang merawat atau berada berdekatan dengan pasien meningitis.
2. Biasakan pola hidup bersih, yaitu dengan membersihkan permukaan-permukaan yang bisa terkontaminasi (misalnya handel pintu, remote TV dan lain-lain) dengan sabun dan air kemudian bilas dengan desinfektan atau cairan pemutih yang mengandung chlorine utk mencegah penyebaran virus.
3. Tutuplah mulut saat batuk, dengan tissue atau tangan. Jika menggunakan tissue, buang tisue ke tempat sampah, Jika menggunakan tangan, segeralah cuci tangan anda.
4. Hindari mencium pasien, atau berbagi gelas minuman, atau hal-hal yang mungkin menyebabkan penyebaran virus
5. Hindari polusi seperti asap rokok atau asap dapur.
6. Lakukanlah vaksinasi, ada beberapa vaksinasi yang tersedia yaitu: Haemophilus influenzae type b (Hib), - Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), - Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV), dan Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)
The Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan vaksinasi meningitis pada mereka berusia 11-18 tahun. Usia praremaja (11-12 th) merupakan usia terbaik sebelum dewasa untuk menerima vaksinasi meningitis. Karena kejadian Meningitis dapat meningkat pada usia dewasa, mereka yang belum pernah divaksinasi meningitis disarankan mendapat vaksinasi seawal mungkin.
Semoga kita dan orang-orang yang kita sayangi senantiasa terhindar dari penyakit yang mengerikan ini. Karena bila seseorang sudah terjangkit Penyakit meningitis ini, reaksinya sangat cepat, yaitu antara 1-14 hari setelah terekspose oleh kuman, sekitar 25% pasien penderita Meningitis dapat meninggal dalam waktu hanya 24 jam saja dan sisanya bisa menderita hingga 7 hari.
*********
*dirangkum dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment